Monday, November 16, 2015

Nasib Anak Jakarta

Nasib Anak Jakarta
Saya perantau dari daerah Jawa Tengah yang sedang mencari rejeki di ibu kota, setiap bulan saya pasti pulang ke jawa tengah tepatnya 2 minggu sekali. Karena orang tua dan istri saya berada di jawa tengah.

Saya menggunakan jasa transportasi kereta api, karena lebih cepat dan tidak terkendala macet. Kalau perjalanan tanpa hambatan, kurang lebih 8-9jam sampai ke kota tujuan. Nah mengapa postingna kali ini saya beri judul nasib anak jakarta? Ini disebabkan beberapa kali, bahkan sering sekali ketika perjalanan dari jakarta dalam satu gerbong pasti ada anak anak. Yang namanya anak pasti ramai, mungkin baru pertama kali naik kereta atau bepergian jauh.

Pada waktu yang lalu saya terlalu capek dan ingin beristirahat. Saya merasa terganggu dengan ramainya anak anak. Mau bagaimana lagi, namanya anak anak, kalau dilarang pasti malah nangis dan semakin ramai.

Ada serang anak laki laki yang aktif lari kesana kemari, ketika kereta hampir sampai ke purwokerto anak itu semakin ramai. Memang pemandangan saat itu sangat hijau dan indah, disebelah kiri ada hamparan sawah, dan sebelah kanan menjulang gunung yang tinggi. Anak itu merasa kagum dengan pemandangan yang begitu indah.

Sampai di suatu lokasi bendungan yang besar, tiba tiba anak itu berkata "airnya bersih ya". Dalam batin saya memang benar sih, jakarta hampir tidak ada danau atau waduk atau semacamnya yang airnya bersih, yang dijumpai pasti sampah dan sampah. Saya merasa kasihan melihat anak jakarta atau anak yang hidup di jakarta, yang mereka lihat hanya gedung mobil motor dan kemacetan.


Ketika sampai di stasiun purwokerto saya turun sejenak untuk melepas rasa pegal, dan juga salah satu bapak dari rombongan itu ikut turun. Melihat saya hanya membawa sebuah tas slempang yang tidak besar, dia mulai bertanya "mas sering pulang ya", kemudian saya jawab "iya mas, mau pergi kemana?" Ternyata rombongan itu orang asli dari Klaten jawa tengah, tapi anak mereka lahir dan besar di jakarta. Dan itu adalah kali pertama anak itu naik kereta dengan pemandangan yang sangan berbeda kalau menggunakan transportasi lainnya.

Saya masih merasa beruntung lahir dan tumbuh di desa, dimana saya dulu main layang layang di lapangan atau di sawah, mandi di sungai, mencari jangkrik di sawah, dan lainnya. Kalau di jakarta sungai sudah kotor dengan sampah, berbau yang tidak sedap dan juga tidak kita jumpai sawah. Bukan saya ingin menjelekan jakarta. Ini merupakan kesalahan kita dan pemerintah, pembangunan terfokuskan di jakarta, perindustrian juga paling banyak di jakarta. Sehingga semua itu menjadi magnet untuk semua orang berpindah ke jakarta.

Mungkin saya sendiri juga sebagai pendatang, tapi itu karena sudah di tempatkan oleh instansi, mau tidak mau saya juga harus merantau di jakarta ini. 

No comments:

Post a Comment